TAFSIR AYAT EKONOMI 2
SUMBER DAYA MANUSIA
Dosen Pengajar: Drs. Tarmizi, M.Ag
Nama Kelompok:
Ayu Pandraiti 13102424
Haris Munandar 13103004
JURUSAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
(ESy)
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Jurai Siwo Metro
T. A. 2015
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbilalamin.
Segala puji bagi ALLAH S.W.T yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-NYA mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan Salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta yakni Nabi
MUHAMMAD SAW.
Makalah
ini membahas tentang ”SUMBER DAYA
MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN” yang saya sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari-NYA
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Lampung, 26 Maret 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………...iii
DAFTAR
ISI.……………………………………………………………………..v
BAB
I: PENDAHULUAN……………………………………….…………….....1 A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan
Penulisan...................................................................................3
BAB
II: PEMBAHASAN......................................................................................5 A.
Ayat-ayat Terkait.................................................................................5
B. Kata Kunci Ayat Terkait......................................................................9
C. Ayat-ayat Pendukung………………………......................................28
D. Munasabah Ayat.................................................................................39
BAB
III: PENUTUP……….................................................................................45 Kesimpulan……….................................................................................45
DAFTAR
PUSTAKA………...............................................................................47
V
BAB I
PENDUHULUAN
A. Latar Belakang
Penyusunan
makalah ini di latar belakangi oleh keinginan penulis untuk mengetahui lebih
dalam tentang Al-qur’an dan sumber daya manusia. Seperti yang telah kita
ketahui bersama, sebelum manusia diturunkan ke bumi Allah telah menciptakan
bumi ini terlebih dahulu, ini berarti bahwa Allah telah menyiapkan bebagai
macam komponen di muka bumi ini yang dapat digunakan untuk melangsungkan kehidupan
manusia. Di bumi manusia dapat melakukan berbagai macam aktivitas untuk melangsungkan
kebutuhan hidupnya, baik makan, minum, tidur, bekerja, dan melakukan aktivitas
keseharian lainnya. Setiap aktivitas maupun kegiatan yang kita lakukan haruslah
sesuai dengan ketentuan Al-qur-an, seperti bekerja dalam berdagang, bekerjalah
dengan baik, profesional, tidak melakukan perbuatan penipuan untuk mendapatkan
keuntungan, tidak menindas kaum lemah, dan perbuatan-perbuatan lainnya yang
dapat merugikan pihak lain. Pada intinya dalam bekerja tidak menyalahi
ketentuan agama.
Al-qur’an
memberikan pedoman bagi seluruh umat manusia dalam menjalani kehidupan di dunia
untuk mendapatkan kehidupan yang yang indah di akhirat kelak. Allah menyediakan
suatu tempat yang bernama bumi ini secara gratis yang dapat dikelola oleh
manusia. Di bumi tersebut banyak sekali sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan untuk dikelola oleh manusia. Bayangkan saja jika di bumi tidak ada
sumber daya alam yang dapat dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia,
pastinya manusia akan hidup terkantung-kantung dan kelaparan. Begitu murahnya
Allah kepada kita sudah menyediakan alam dan kita hanya mengelolanya saja. Jadi
begitu pentingnya sumber daya alam bagi manusia untuk melangsungkan kebutuhan
hidupnya. Dengan kecerdasan akal pikiran yang dimiliki oleh manusia, manusia
sebagai penguasa (pemimpin) mampu mengelola sumber daya alam ini dengan sebagai
mana mestinya untuk kemaslahatan umat bersama. Di era kehidupan saat ini
pemanfaatan sumber daya alam yang dikelola
1
oleh
manusia dapat menjadikan tolak ukur kemajuan suatu daerah maupun suatu negara.
Jika suatu daerah atau negara mampu mengoptimalisasi sumber daya alam yang ada,
seperti tambang minyak, tambang emas, dan dari perut bumi lainnya, lalu
hasilnya digunakan untuk kepentingan umat bersama, maka masyarakatnya pun akan dapat
tercukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan jika masyaraktnya tercukupi
kebutuhan hidupnya, maka kamajuan suatu daerah atau suatu negara pun akan dapat
terwujud. Dari gambaran di atas, dapat kita lihat kenyataan permasalahan
sekarang yang dihadapi antara manusia dengan alam. Manusia tidak mengoptimalkan
kekayaan alam yang ada, manusia tidak mampu mengolah kekayaan alam yang ada,
justru malah yang ada manusia merusak alam yang ada. Dengan cara berbagai macam
tindakan seperti menggali bahan tambang yang ada di perut bumi, lalu kemudian
keuntungan materilnya dipergunakan untuk kepentingan individu saja, atau bisa
dikatakan “korupsi”. Padahal jika keuntungan materil tersebut dipergunakan
untuk kepentingan orang banyak pasti akan menimbulkan kesejahteraan bagi
masyarakat luas. Manusia sebagai khalifah di muka bumi ini semestinya dapat
memimpin dirinya sendiri untuk tidak mengikuti nafsu pribadinya, namun
kenyataannya manusia itu memang serakah, tidak cukup satu, dua, atau tiga,
bahkan semuanya akan dikuasai, inilah penyebab kerusakan di muka bumi ini dan
inilah permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. Sesuai dengan judul
makalah, kami sabagai penulis ingin menyalurkan pengetahuan beserta opini kami
terhadap sumber daya alam perspektif Al-Qur’an ditinjau dari segi sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Seberapa
pentingnya ilmu bagi sumber daya manusia?
2. Mengapa manusia belum mampu
mengolah sumber daya alam dengan baik?
3. Siapa penyebab kerusakan alam di
muka bumi ini?
C . Tujuan
Penulisan
1. Dapat mengetahui pentingnya ilmu
bagi sumber daya manusia.
2. Dapat mengetahui penyabab Mengapa
manusia belum mampu mengolah
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat-ayat Terkait
Dengan
ayat-ayat berikut kita dapat mengetahui bahwa dalam pembahasan mengenai sumber
daya manusia Al-qur’an telah memberikan beberapa petunjuk dalam proses
kehidupan dimuka bumi ini. Berikut merupakan ayat-ayat yang berkaitan mengenai
sumber daya manusia:
1. Surat Al-Baqarah ayat 30
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika tuhan-Mu
Berfirman kepada Malaikat, “Aku hendak menjadikan Khalifah di bumi.” Meraka
berkata, “apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan
darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfrman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (30)
2. Surat Al-Baqarah ayat 31
Artinya:
Dan Dia ajarkan kepada Adam
nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat,
seraya Berfirman, “sebutkan kepadaku nama (benda) ini, jika kamu yang benar.”
(31)
5
3. Surat Ar-Rum ayat 30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ
الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
|
Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
4. Surat Ar-Rum ayat 41
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ
أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُونَ
|
Artinya:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).
5. Surat Al-Hadid ayat 7
آمِنُوا
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ
فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ (٧)
Artinya :
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah
(di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai
penguasanya (amanah). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan
meinfakkannya (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar.
6. Surat Al-Mulk ayat 15
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي
مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ
Artinya:
“Dialah
Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebagian dari rezki-Nya.”
وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Dan
hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
(QS. Al Mulk: 15)
7. Surat Al-Qashash ayat 77
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ
وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ
إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ
الْمُفْسِدِينَ
Artinya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(Q.S Al-qashas : 77)
B. Kata Kunci Ayat
Terkait
Kata kunci adalah sebuah kata dalam ayat terkait
yang dapat menjabarkan atau menjelaskan maksud dari ayat tersebut, sehingga
kita dapat tahu arti dari ayat yang diturunkan tersebut. Berikut adalah
pembahasan mengenai kata kunci dari ayat-ayat di atas:
1. Surat Al-Baqarah ayat 30
Wa idz qaala rabbuka lil
malaa-ikati inni ja’ilun fil ardhi Khaliifah = Ketika tuhanmu bertitah kepada
para malaikat, “Sesungguhnya aku akan menjadikan khalifah di bumi.” Hai muhammad, ingatkah kaummu
bahwa Tuhan telah memberi tahu kepada para malaikat untuk menciptakan manusia
sebagai pengganti kaum yang telah binasa; atau kaum yang terus menerus silih
berganti; atau mengangkat seseorang petugas yang melaksanakan perintah Allah.Menurut
pendapat sebagian ahli tafsir, firman Allah tersebut memberi pengertian bahwa
sebelum adam (manusia) manusia diciptakan telah ada makhluk lain yang mendiami
bumi. tetapi karena berbuat durhaka kepada Allah, mereka kemudian dibinasakan
dan posisinya digantikan manusia.
Qaaluu ataj’alu fiihaa may
yufsidu fiihaa wa yasfikud dimaa-a = Para
malaikat berkata: “apakah engkau jadikan di dalamnya orang yang membuat
kerusakan dan menumpahkan darah?”Malaikat
mengajukan pertanyaan, apakah tuhan akan menjadikan manusia sebagai khalifah di
bumi yang hanya akan melakukan kerusakan dan menumpahkan darah?
Wa nahnu nusabbihu bi hamdika wa
nuqaddisu laka =
Padahal kami mengakui kesucian Engkau dengan memuji dan mengkuduskan Engkau. Kata malaikat lagi, kami telah
mensucikan Engkau dari segala yang tidak layak dengan keagungan-Mu, serta tidak
putus-putusnya memuji Engkau atas nikmat yang telah Engkau curahkan kepada
kami. Engkau telah membimbing kami kepada ibadat dan mensifati-Mu dengan
sifat-sifat yang sesuai dengan kebesaran-Mu dan kami pun membersihkan diri dari
perbuatan dosa. Ringkasnya, para malaikat seolah protes, mengapa makhluk
manusia yang demikian keadaannya yang akan Kau jadikan khalifah di bumi, bukan
kami yang telah terpelihara (bebas) dari kesalahan-kesaahan?
Qaala innii a’lamu maa laa
ta’lamuun =
Tuhan berfirman: “Sesunggunya aku maha tahu atas apa yang tidak kamu ketahui.”Aku menjadikan manusia sebagai
khalifah di bumi, karena Aku tahu kemaslahatan yang tidak kamu ketahui. Dalam
rangkaian ayat ini, Tuhan menjelaskan bahwa segala perbuatan-Nya mengandung
hikmah yang dalam, meskipun tersembunyi bagi malaikat. Dalam ayat ini ataupun
ayat-ayat yang akan diterangkan kemudian mengungkapkan kisah penciptaan
manusia.
2. Surat Al-Baqarah ayat 31
Wa ‘allamaa adamal asma-a
kullahaa
= Dan Allah mengajarkan Adam segala macam nama. Tampaknya jawaban Tuhan
sebelumnya kurang memuaskan malaikat, oleh karenanya Tuhan langsung
memperlihatkan hikmah penciptaan Adam sebagai khalifah di bumi dengan
mengajarkannya macam-macam nama makhluk sekaligus. Yang dimaksud dengan segala
macam nama adalah sesuatu, di mana dengan nama-nama itu, kita bisa mengenal
pemilik nama. Yang
dimaksud dengan ilmu dalam ayat ini adalah memahami segala yang diketahui.
Kata-kata yang dipergunakan untuk meunjukkan sesuatu yang telah diketahui
berbeda-beda, sesuai dengan bahasa dan istilah yang ditetapkan (disepakati)
masing-masing golongan atau masyarakat.
Tsumma
‘ara-dhahum ‘alal malaa-ikati = Kemudian mengajukan mereka (yang
punya nama) kepada malaikat. Sesudah mengajarkan nama-ama itu kepada Adam,
maka Tuhan dengan jalan ilham, memperlihatkan benda-benda itu ataupun yang lain
kepada malaikat. Boleh jadi Tuhan mengajukan contoh-contoh makhluk, dan dengan
contoh-contoh itu bisa diketahui nama benda-benda tersebut secara keseluruhan,
termasuk tatanan-tatanannya.
Fa
qaala ambi-uuni bi asmaa-i haa-ulaa-i = Allah berfirman:
“Terangkanlah kepada-Ku nama-nama mereka itu.”Tuhan memrintah para malaikat
agar menjelaskan nama-nama benda itu dengan sesuatu yang bisa memberi
pengertian untuk memperlihatkan kelemahan mereka, karena tidak mengetahuinya.
Juga untuk menunjukkan bahwa memegang jabatan khalifah di bumi, mengelola dan
menata urusan dan mengakkan keadilan, bisa dilakukan sesudah mengetahui
tingkatan adat kebiasaan dan setelah mengetahui siapa yang ahli untuk jabatan
itu.
In
kuntum shaadikiin = Jika kamu sekalian benar. Jika kamu meragukan, mengapa
kekhalifahan di bumi diserahkan kepada manusia, dan jika
13
pandanganmu bahwa manusia tidak memiliki kemanfaatan
dan tidak mempuyai
kelayakan untuk dijadikan khalifah itu memang benar,
sedangkan di sisi lain kamu
sekalian merasa memiliki banyak ilmu maka jelaskan
kepada-Ku tentang nama-nama makhluk itu yang lebih sulit daripada mengetahui
sebab-sebab pengangkatan Adam sebagai khalifah di bumi. Dalam mengupas surat Al-Baqarah ayat 30 dan 31 ini, penulis
memaparkan mengenai arti kekhalifahan mempunyai tiga unsur, yakni:
a. Manusia
Manusia adalah makhluk yang
paling sempurna dibandingkan makhluk lain yang ada dimuka bumi ini, manusia
mempunyai sebuah akal pikiran yang sangat janggih untuk berpikir atas apa yang
akan dilakukan. Namun walaupun manusia sudah dibekali dengan akal pikiran yang
baik oleh Allah, tetap saja dalam melaksanakan kebutuhan hidupnya manusia tidak
akan bisa terlepas dengan manusia lainnya, karena manusia diciptakan juga untuk
saling mengenal satu sama lain, jadi dapat pula dikatakan bahwa kehidupa
manusia juga bergantung dengan manusia yang lain untuk saling membantu, saling
bergotog royong, maupun saling melakukan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Pada
dasarnya akal yang diberikan oleh Allah mempunyai cara berpikir yang
berbeda-beda ataupun karakter yang berbeda-beda dari setiap individunya, untuk
itu semakin bertambahnya jumlah manusia di muka bumi ini maka banyak pula
karakter-karakter baru bermunculan, dan jika sekian banyak orang ini berkumpul
dalam satu tempat atau suatu daerah yang dimana di dearah tersebut tidak ada
salah satu pihak yang menguasai (khalifah), maka manusia-manusia ini tidak akan
bisa bersatu karena tidak dalam satu ide, satu gagasan, maupun satu tujuan, dan
yang diperparah lagi akan dapat memicu terjadinya sebuah peperangan. Untuk itu
perlu adanya seorang khalifah (pemimpin) untuk menyatukan berbagai macam
karakter yang muncul dari pemikiran-pemikiran yang berbeda-beda pada setiap
manusia tersebut. Seorang pemimpin dapat melindungi semua masyarakatnya dan
mempersatukan semua masyarakatnya dari perbedaan-perbedaan pendapat, cara berpikir,
maupun cara pandang untuk menghindari hal-hal yang memicu terjadinya
perpecahan. Seorang
14
pemimpin juga harus mampu melayani masyarakatnya
secara adil, jujur, dan transparan. Berikut
adalah sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin baik dari dari hati,
pikiran, perkataan hingga tindakan.
1. lkhlas. Pemimpin yang ikhlas akan dekat di hati
orang-orang yang dipimpinnya. la mendasari kepemimpinannya dengan rasa
mencintai sesamanya serta sarana beribadah kepada Allah. Keikhlasan hatinya
membuat ia tegar terhadap segala ujian. la tidak mengharapkan pujian,
mengabaikan cacian, tidak pernah dendam. menjalankan kewajibannya yaitu
melayani orang-orang yang dipimpinnya. Orang pun ikhlas dipimpin oleh pemimpin
seperti ini.
2. Amanah & tanggung jawab. Pemimpin yang amanah
dan bertanggung jawab menyebabkan hak-hak semua anggota tim ditunaikan dengan
baik. Rakyat akan mencintai pemimpin seperti ini.
3. Teguh pendirian. Pemimpin harus teguh pada
kebenaran yang sesuai norma agama dan hukum masyarakat, Pemimpin tetap
profesional dan tak tergelincir pada masalah KKN yang marak dewasa ini. Bukan
hanya korupsinya, tapi juga kolusi dan nepotisme.
4. Sabar. Sikap ini selalu menguntungkan, tidak ada
kata ruginya sama sekali. Berhadapan dengan berbagai ragam karakter orang yang
harus dilayani menuntut kesabaran yang tinggi. Pemimpin yang penyabar mampu
menangani setiap permasalahan dengan rasional.
5. Tidak sombong. Sifat ini dicintai Tuhan, disukai
manusia, Pemimpin mestinya tidak tabu terhadap kritik, tidak gila hormat dan
pujian. la tidak menerapkan prinsip aji mumpung, mumpung punya kuasa.
6. Berkata benar. Pemimpin yang tetap berkata benar
walau dalam apa pun juga keadaannya. Orang yang jujur disukai (disegani) kawan
dan lawan. Sekali berbohong, akan berbuntut kebohongan lainnya, sehingga
akhirnya ia tidak akan mendapat kepercayaan dari orang Iain.
7. Cinta ilmu. Ilmu pengetahuan merupakan tonggak
kepimpinan. Formalitas dunia bisnis masih mensyaratkan ijazah sebagai pengukur
keilmuan seseorang. Karenanya pemimpin perlu terus mengasah dirinya dengan Imu,
sesuai bidang
16
atau umum. Namun yang lebih penting sebenarnya ialah
buah kepada ilmu yang dipelajari
dalam bentuk keterampilan dan pengalaman.
8. Mahir berkomunikasi. Pemimpin
harus mahir menggunakan bahasa untuk menimbulkan kesan positif atas hubungan
khususnya antara pemimpin dan individu yang dipimpinnya. Bahasa komunikasi yang
baik bisa membuat seorang pemimpin dipandang menarik walaupun mungkin
penampilannya kurang menarik. Kala menghukum/mengritik nada bicaranya tidak
terasa pedas dan menyakitkan, bahkan justru bisa mendorong semangat anak
buahnya untuk memperbaiki diri. Pujiannya juga pas dan tulus.
9. Tepat janji. Jika sudah berjanji, sekecil apa pun
itu, penting bagi seorang pemimpin untuk menepatinya agar semakin dipercayai
dan disukai. Orang tidak akan ragu-ragu untuk terus memberi mandat kepada
pemimpin yang selalu menepati janji. Pemimpin yang menabur janji-janji kosong
akan membuat anggota tim kecewa dan memandang pemimpinnya tidak lagi punya integritas
yang tinggi.
10. Berhati-hati. Berhati-hati dalam membuat
keputusan atau berbicara menjadikan seseorang pemimpin dihormati. la selalu
bertindak berdasarkan norma atau pemikiran yang jelas, serta menjauhi perkara
yang meragukan (di wilayah abu-abu). Sikap ini disukai orang karena menunjukkan
pemimpin tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak yang punya maksud
terselubung.
11. Mengutamakan kepentingan bersama. Pemimpin yang
mengutamakan kepentingan bersama membuat hak-hak anggota tim terpenuhi dan
tenang bekerja dan kehidupan sehari-hari. Mereka tambah cinta pada pemimpinnya
yang memperhatikan kepentingan mereka melebihi dirinya sendiri.
12. Memahami dinamika zaman. Seorang pemimpin
mengikuti suasana politik, ekonomi dan aspirasi pengikutnya. Kemampuan memahami
keadaan dan menyesuakan diri dengan keperluan rakyat menjadikan pemimpin
diterima orang.
13. Berwawasan jauh. Pemimpin yang berwawasan jauh
senantiasa terencana dan terkontrol keputusan serta tindakannya. la tidak
pernah berpikir jalan pintas serta sentiasa mempertimbangkan keuntungan jangka
panjang bagi anggota timnya.
18
14. Antikorupsi. Sikap antikorupsi (zuhud) akan
memagari seseorang dari tindakan mengambil atau menggunakan hak umum. Harta dan
aset umum akan dipelihara dengan baik. Orang akan menyayangi, bahkan mengagumi
pemimpin seperti ini.
15. Kuat sisi spiritualnya. Kekuatan spiritual akan
mengontrol tingkah laku seseorang tetap positif dan produktif. Pemimpin
konsisten dengan kebajikan dan menjauhi perkara yang merugikan orang.
Sungguh memang sangat berat
beban, tugas, dan tanggung jawab seorang pemimpin. Mestinya jabatan pemimpin
bukan sebagai bahan rebutan, tapi sebagai sebuah kewajiban yang harus dijalani
dengan sungguh-sungguh, tanpa pamrih. Jika Anda sudah menjadi seorang pemimpin,
sikap-sikap di atas harus terus ditingkatkan kualitasnya. Ini sebagai satu hal
bahwa pemimpin itu artinya melayani bukan dilayani.
b. Alam
Allah telah menciptakan alam
dengan semua isi kekayaan yang ada di dalamnya secara Cuma-Cuma untuk manusia.
Banyak sekali kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
melangsungkan kebutuhan hidupnya. Alam mempunyai kontribusi yang sangat besar
sekali dalam memenuhi kebutuhan menusia, di alam ini juga manusia bertempat
tinggal, jadi alam ini lah rumah sementara manusia di bumi. Semua makhluk hidup
yang Allah ciptakan kecuali Malaikat, Allah tempat tinggalkan di muka bumi ini.
Untuk lebih lanjut mengenai alam, akan dibahas pada sub berikutnya tentang
hubungan manusia dengan alam.
c. Hubungan antara manusia dengan
alam
Di sinilah tugas seorang khalifah
(pemimpin) adalah sebagai pengelola untuk memanfaatkan apa yang telah Allah
sediakan di alam ini, dan di sini pula letak kecerdasan seorang pemimpin itu
diuji, apakah dapat mengelola alam dengan baik atau justru malah merusakya.
Alam semesta yang Allah ciptkan ini sangtlah kaya sekali akan barang-barang
yang dapat dimanfaatkan, jika seorang
20
pemimpin dapat memanfaatkan alam ini dengan baik,
maka pemimpin tersebut bisa dikatakan pemimpin yang cerdas, yang mampu
mengelola alam ini dengan baik dan dapat membawa masyarakatnya untuk lebih
maju. Namun sebaliknya jika seorang pemimpi tersebut tidak mampu mengolah alam
ini, tidak mampu menjaga dan merawat alam ini, dan justru mengeksploitasi
secara berhambur-hamburan tidak memanfaatkan sebagaimana mestinya, maka
bencanalah yang akan timbul. Untuk itu manusia dapat memanfaatkan sebagaimana
mestinya saja, untuk merawatnya dan
menjaganya. Dengan alam yang telah Allah sediakan untuk manusia ini,
kita dapat menggali potensi-potensi yang ada di dalamya, seperti kekayaan dari
tumbuh-tumbuhan maupun hewan, dari tumbuh-tumbuhan pun ada yang di darat dan
laut, hewan pun ada yang di darat dan di laut, bahan tambang mutiata, emas,
perak dan yang lainnya. Benda-benda ini telah diberi nama oleh Allah seperti
yang dijelaskan dalam surat Al-baqarah ayat 31, ”Dan Dia ajarkan kepada Adam
nama-nama (benda) semuanya.” Setelah Allah menjadikan Khalifah di muka bumi ini
kemudian Allah mengajarkan kepada manusia segala macam nama makhluk yang belum
manusia ketahui sejak itu, seperti. Yang dimaksud dengan segala macam nama
adalah sesuatu, di mana denga nama-nama itu, kita bisa mengenal pemilik nama.
Misalnya nama Allah, dengan nama itu kita bisa mengenal Allah dalam pikiran
kita. Boleh juga dikatakan nama di sini berarti nama diri atau yang dinamai,
begitu pula dengan nama benda-benda yang ada di atas. Allah menggambarkan
bentuk segala makhluk dan memberinya nama. Dengan mengetahui nama-nama makhluk
atau benda yang ada di bumi ini, seperti nama manusia, binatang, darat, laut,
gunung, dan sebagainya. Manusia dengan kekuatan akalnya memiliki kemampuan yang
sangat menakjubkan. Kenapa demikian? Hal ini merupakan sebagian tanda hikmah
Allah yang sangat nyata, manusia dapat mengolah kemampuan kecerdasannya dengan
menggali ilmu yang tidak terhingga. Dengan ilmu yang tidak terhingga tersebut
manusia mampu mengolah dan mengelola alam, menggali deposito dari perut bumi,
dan menciptakan berbagai macam inovasi barang yang kemudian dapat dijadikan
sumber pendapatan bagi setiap individu maupun kelompok. Pengelolaan itu dapat
22
berupa mengubah kondisi bumi, tanah kering tandus
menjadi tanah subur, tanah
berbukit belukar menjadi tanah datar yang bisa
dtanami. Bisa meningkatkan kualitas tumbuh-tumbuhan dan hewan ternak, selain
mampu menguasai laut, darat, dan udara, sehingga kesemuanya dapat memberikan
manfaat yang lebih besar dan memenuhi kebutuhan hidup manusia, jika kebutuhan
manusia tercapai maka masyarakat pun
akan sejahtera. Dengan hal ini, kemajuan suatu daerah pun akan dapat
tercapai jika pemimpin mampu melakukan pengelolaan alam dengan baik. Inilah
tugas kita semua, Allah mengangkat
manusia sebagai khalifah tidak akan ada artinya jika tidak disertai
dengan adanya penugasan.
3. Surat Ar-Rum ayat 30
Fa aqim wajhaka lid diini
haniifan =
luruskanlah pandanganmu terhadap agama Allah dengan sepenuh hati. Apabila kebenaran dapat mengalahkan
syirik, maka hadapkanlah mukamu kepada agama yang lurus dan hindarilah semua
macam kesesatan. Perintah ini pada mulanya ditunjukkan kepada Nabi saw. Yang
dengan sendirinya merupakan peringatan yang harus ditaati oleh umat muslim
seluruhnya.
Fithratallaahil latii fa-tharan
naasa ‘alaihaa = dan
berpegang eratlah kepada fitrah Allah, yang dengan fitrah itu manusia diciptakan.
Tabiat yang
telah difitrahkan oleh Allah pada diri manusia adalah tabiat mengakui adanya
Allah yang Esa, yang dapat dipahami oleh akal yang sehat. Allah menciptakan
manusia mempunyai fitrah dan tabiat menerima kepercayaan (paham) tauhid dan
mengakuinya. Sebenarnya, kalau manusia ini dibiarkan berpedoman kepada akalnya
dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, maka tentulah dia akan memilih
agama Islam menjadi agamanya. Sebab islamlah agama fitrah dan tabiat, agama
yang menghargai akal.
Laa tabdiila li khalqillaahi = tidak ada perubahan terhadap
tabiat yang telah diciptakan oleh Allah (agama Allah). Pegang teguhlah fitrah Allah yang
menjadi tabiat manusia dan janganlah kamu mengganti tabiatmu, dengan mengikuti
bisikan-bisikan setan yang mempengaruhi jiwamu.
Dzaalikad diinul qayyimu = itulah agama yang lurus. Apa yang diperintahkan oleh Allah
untuk mengesakan Dia, itulah agama yang lempang, yang lurus, agama fitrah:
agama Islam.
Wa laakinna aktsaran naasi laa
ya’lamuun = tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui. Tetapi kebanyakan manusia, karena tidak memahami
keterangan-keterangan yang dikemukakan oleh Allah, maka mereka tidak mengetahui
hal yang demikian itu. seandainya mereka mengetahuinya, tentulah akan menurut
dan tidak menghalangi manusia lain bersuluh dengan nur atau cahaya Ilahi.
Melalui
ayat diatas, Allah mengarahkan kalam-Nya kepada Nabi Muhammad saw. Kata ) فاًقم و جهك ) fa
aqim wajhaka / hadapkanlah wajahmu, yang dimaksud adalah perintah untuk
mempertahankan dan meningkatkan upaya menghadapkan diri kepada Allah, secara
sempurna karena selama ini kaum muslimin apalagi Muhammad saw telah
menghadapkan wajah kepada tuntunan agama-Nya. Kata kunci dari ayat ini tertuju
pada kata (فطرة) fithrah, terambil dari kata fathroha yang
berarti mencipta. Sementara pakar menambahkan, fitrah adalah “mencipta sesuatu
pertama kali/tanpa ada contoh sebelumnya”. Dengan demikian kata tersebut dapat
juga dipahami dalam arti asal kejadian, atau bawaan sejak lahir.
Kata yang digunkan ayat ini menunjuk kepada keadaan atau kondisi penciptaan
itu, sebagaimana disyaratkan juga oleh lanjutan ayat ini yang menyatakan “yang
telah menciptakan manusia atasnya”. Berbeda-beda
pendapat ulama tentang maksud kata fitrah pada ayat ini. Ada yang berpendapat
bahwa fitrah yang dimaksud adalah keyakinan tentang keesaan Allah swt. Yang
telah ditanamkan Allah dalam diri setiap insan. Dalam konteks ini sementara
ulama menguatkanya dengan hadits Nabi saw. Yang menyatakan bahwa: “ semua anak
yang lahir dilahirkan atas dasar fitrah, lalu kedua orang tuanya menjadikannya
menganut agama Yahudi, Nasrani atau Majasi. Seperti halnya binatang yang lahir
sempurna, apakah kamu menemukan ada anggota badanya yang terpotong, kecuali
jika kau yang memotongnya? (tentu tidak)” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan
lain-lain melalui Abu Hurairah). Mengutip terlebih dahulu
pendapat pakar tafsir Ibn ‘Athiyah yang memahami fitrah sebagai “keadaan atau
kondisi penciptaan yang terdapat dalam diri manusia yang menjadikannya
berpotensi melalui fitrah itu, mampu membedakan ciptaan-ciptaan Allah serta
mengenal Tuhan dan Syariat-Nya”. Fitrah manusia adalah apa yang diciptakan
Allah dalam diri manusia yang terdiri dari jasad dan akal (serta jiwa). Manusia
berjalan dengan kakinya. Mengambil kesimpulan dengan mengaitkan premis-premis
adalah fitrah akliahnya.
C. Ayat-ayat Pendukung
1. Surat Ar-Rum ayat 41
Zhaharal fasaadu bil barri wal
bahri bi maa kasabat aidin naasi li yudziiqahum ba’dhal la-dzii ‘amiluu la
‘allahum yarji’uun
= telah nampaklah kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh dosa-dosa yang
dilakukan manusia, supaya mereka merasakan sebagian ganjaran (hukuman) atas perbuatan
mereka. Mudah-mudahan mereka kembali kepada kebenaran. Ketika manusia belum tamak kepada
harta (menjadi materialis) dan belum musyrik dengan kemewahan dunia, maka dunia
ini penuh dengan kebajikan dan kejayaan, keamanan dan ketentraman. Pada
mulanya, manusia hidup pada kebahagiaan sampai kemudian timbul rasa dengki dan
tamak, yang dilahirkan dalam berbagai corak. Maka Allah mengutus Nabi-nabi-Nya
untuk menyampaikan keterangan yang menggembirakan dan menyampaikan peringatan,
selain untuk menentukan hukum diantara manusia dalam segala hal yang mereka
perselisihkan. Karena itu, timbullah pertarungan antara yang hak (benar) dan
yang batal. Allah juga menyiksa orang-orang yang durhaka dan membinasakan umat
yang ingkar. Dia mencabut keberkatan dari manusia dan menyiksa mereka dengan
mendatangkan bencana yang memusnahkan hati dan jiwanya, sehingga mereka kembali
kepada kebenaran. Kata ( ظهر ) zhahara pada mulanya berarti
terjadinya sesuatu dipermukaan bumi. Sehingga, karena dia dipermukaan, maka
menjadi nampak dan terang serta diketahui dengan jelas. Lawannya adalah ( بطن ) bathana
yang berarti terjadinya sesuatu di perut bumi, sehingga tidak nampak. Kata
zhahara pada ayat diatas dalam arti banyak dan tersebar. Ayat diatas
menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad itu. ini dapat berarti
daratan dan lautan menjadi arena kerusakan, misalnya dengan terjadinya
pembunuhan dan perampokan di kedua tempat itu, dan dapat juga berarti bahwa
darat dan laut sendiri telah terjadi kerusakan, ketidakseimbangan serta
kekurangan manfaat. Dosa dan pelanggaran (fasad) yang dilakukan manusia,
mengakibatkan gangguan keseimbangan di darat dan di laut sebaliknya, ketiadaan
keseimbangan di darat dan di laut, mengakibatkan
siksaan kepada manusia demikianlah pesan ayat di atas. Semakin banyak kerusakan
terhadap lingkungan, semakin besar pula dampak buruknya terhadap manusia.
2. Surat Al-Hadid ayat 7
Aaminuu billaahi wa rasuulihii = Berimanlah
kepada Allah dan Rasul-Nya. Akui keesaan Allah dan
benarkanlah Rasul-Nya. Jika kamu sudah beriman tingkatkanlah keimananmu.
Wa anfiquu mim maa ja’alakum
mutakh-lafiina fiihi = Serta nafkahkanlah sebagian harta
yang Allah menakdirkan kamu menguasainya. Belanjakanlah sebagaian hartamu di jalan Allah.
Harta itu berada di tanganmu adalah sebagai barang pinjaman. Dahulu,
harta-harta itu di miliki oleh orang-orang sebelummu dan sekarang telah
berpindah ke tanganmu, tetapi kelak akan berpindah pula kepada orang lain. Oleh
karena itu pergunakanlah hartamu dalam pekerjaan-pekerjaan taat agar kamu tidak
menghadapi hisab yang pait di akhirat kelak. “Jalan Allah” adalah segala
kebajikan yang manfaatnya kembali padamu, kepada tanah air, bangsa dan agamamu.
Ingatlah, bahwa kamu adalah khalifah-khalifah Allah untuk memelihara harta itu.
Kamu telah mewarisinya dari orang orang yang sebelummu dan bakal di warisi lagi
oleh orang-orang yang datang sesudah kamu.
Fal la-dziina minkum wa anfaquu
lahum ajrun kabiir = Maka, orang-orang yang beriman di antara kamu
dan menafkahkan hartanya akan memperoleh pahala besar. Orang-orang yang beriman di
antara kamu dan membelanjakan sebagian harta mereka di jalan Allah akan
memperoleh pahala yang besar. Di akhirat mereka melihat kemuliaan yang belum
pernah tergores di hatinya di dunia ini. Setelah
ayat-ayat yang lalu menegaskan penciptaan dan kuasa Allah atas segala sesuatu
di alam raya dan ketercakupan pengetahuan-Nya menyangkut segala yang lahir
maupun yang batin, yang kesemuanya menunjukkan kewajaran-Nya untuk dipatuhi,
maka ayat di atas menguraikan konsekuensi dari hal-hal tersebut dengan
menyatakan: berimanlah kamu semua kepada Allah dan Rasul yang
di utus-Nya dalam menyampaikan tuntunan-tuntunan-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari apa yakni harta atau apapun yang Dia yakni Allah
titipkan kepada kamu dan telah menjadikan kamu berwewenang dalam penggunaan-Nya
selama kamu masih hidup. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan
berinfak walau sekedar apapun, selama sesuai dengan tuntutan Allah, bagi
mereka pahala yang besar. Kata (مستخلفين) mustakhlafin penulis terjemahkan
dengan berwewenang. Dari akar kata yang sama ini lahir kata (خليفة) khalifah
yakni penguasa yang
berwewenang mengelola sesuatu. Mustakhlaf adalah yang diberi wewenang. Penyusun
Tafsir al-Muntakhab menjelaskan dengan kata Dia titipkan kepada kamu.
Memang kata Mustakhlafin terambil dari kata (خلف) khalf yang
berarti belakang atau siapa yang datang sesudah yang lain datang. Atas
dasar itu al-Jalalain misalnya, menjelaskan kata tersebut dengan menyatakan
bahwa yang di maksud adalah harta orang-orang sebelum kamu dan yang kamu akan
di gantikan yakni dalam kepemilikan atau wewenang pengelolaannya oleh siapa
yang datang sesudah kamu. Thabathaba’i mengemukakan dua kemungkinan makna.
Salah satu di antaranya adalah merujuk kepada kata khalifah itu. ulama
itu menulis bahwa jika makna ini yang diterima, maka penggunaan redaksi
tersebut untuk menjelaskan keadaan manusia yang sebenarnya, dan ini pada
gilirannya akan mendorong mereka berinfak, karena jika mereka sadar bahwa harta
adalah milik Allah dan mereka ditugaskan menjadi khalifah atas harta itu yakni
wakil-wakil dari sisi Allah dalam menggunakan sesuai tuntunan-Nya, maka akan
terasa mudah bagi mereka menginfakkannya. Dalam konteks menginfakkan harta,
Rasul Saw. mengingatkan bahwa tidak ada yang menjadi milik putra putri Adam,
kecuali apa yang dia makan hingga habis, apa yang dia pakai hingga lapuk dan
apa yang dia sedekahkan sehingga menjadi kekal baginya (di akhirat nanti) HR
Muslim, at-Tirmidzi dan an-Nasa’i melalui Mutharraf dari ayahya.
3. Surat Al-Mulk ayat 15
مَنَاكِبِهَا “Manakibiha” dalam ayat di atas ada tiga tafsiran, yaitu:
a. Jalan,
sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di segala jalan.” Ini adalah
pendapat Ibnu ‘Abbas dan Mujahid.
b. Gunung,
sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di setiap gunung.” Jika
gunung saja mampu ditempuh, maka lebih-lebih
daerah yang rendah di
bawahnya. Ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas lainnya, pendapat
Qotadah dan Az
Zujaj.
c. Penjuru, sehingga maknanya, “Maka
berjalanlah di setiap penjuru bumi.” Ini
adalah pendapat Maqotil, Al Farro’, Abu ‘Ubaidah,
dan Ibnu Qutaibah. Makna
inilah yang dipakai oleh terjemahan DEPAG
RI.
Syaikh
‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan ayat di atas, “Sesungguhnya Allah
yang menundukkan bumi bagi kalian agar kalian bisa memenuhi berbagai kebutuhan
(hajat) kalian.” Ini menunjukkan nikmat Allah dengan memberikan segala
kemudahan bagi setiap manusia. Maka Allah-lah yang pantas dipuji dan disanjung.
Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi maksudnya adalah
Dialah Allah yang menundukkan bumi untukmu agar kamu dapat memperoleh
kebutuhanmu, seperti menanam,
33
membangun,
menggarap dan jalan-jalan untuk menyampaikan ke negeri yang jauh. Dalam surat Al-Mulk ayat 15 di
atas juga menunjukkan disyariatkannya berjalan di muka bumi untuk mencari rizki
dengan berdagang, bertani, dsb. Ini menunjukkan bahwa tawakkal bukan berarti meninggalkan
kerja dan usaha. Maka jelajahilah di segala penjurunya Untuk mencari rezeki.
dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.
وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Dan
hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
(QS. Al Mulk: 15) Ibnul Jauzi menafsirkan, “Kalian akan dibangkitkan dari
kubur-kubur kalian.” Hal ini menunjukkan adanya hari berbangkit dan
hari pembalasan. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan penjelasannya adalah Yakni setelah kamu berpindah dari tempat yang
Allah jadikan sebagai ujian dan sebagai penyambung untuk melanjutkan ke negeri
akhirat, maka kamu akan dibangkitkan dan dikumpulkan kepada Allah untuk
diberi-Nya balasan terhadap amalmu yang baik dan yang buruk. Ayat ke lima belas ini
menjelaskan bahwasnya apa yang diciptakan di bumi ini aquntuk menjaga
kelangsungan hidup manusia. Penciptaan berbagai macam jenis makanan, minuman,
cuaca, panas, dingin, hujan, dan lainnya, semua ini diciptakan untuk memudahkan
kehidupan manusia di bumi ini. Allah lah yang telah menjadikan bumi ini tunduk ke
bawah keinginanmu, dan kamu dapat memanfaatkan segala isinya. Allah pula yang
menciptakan mata air di muka bumi agar kamu dapat mempergunakannya untuk binatang-binatang ternakmu dan
tanaman-tanamanmu. Oleh karena itu berjalanlah kamu keseluruh plosok bumi untuk
mencari rezeki dan transaksi dagang serta makanlah apa yang telah diwujudkan
Allah di bumi. Kepada Allah tempat kembalimu pada hari kiamat. Oleh
karena itu, hendaklah diyakini bahwa kamu berdiam di dunia dan makan rezeki
yang diberikan oleh Allah hanyalah untuk sementara. Karena itu, jangnlah kamu
menyangkal kebenaran dan janganlah kamu mengerjakan maksiat dan durhaka.
35
4. Surat Al-Qashash ayat 77
وَابْتَغِ : Dan carilah.
فِيما آتاكَ اللّ : pada
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu.
الدَّارَ الْآخِرَةَ : (kebahagiaan)
negeri akhirat.
وَلا تَنْسَ : dan janganlah kamu melupakan.
نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيا : bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.
وَأَحْسِنْ : dan berbuat baiklah (kepada orang lain).
وَلا تَبْغ : dan janganlah kamu
mencari (berbuat).
الْفَسادَ فِي الْأَرْض : kerusakan di (muka) bumi, yakni dengan melakukan hal-hal
yang
menyebabkan timbulnya kezaliman dan krusakan,
yaitu
dengan melakukan
maksiat.
لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ : tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan
Pada ayat ini Allah SWT
menerangkan empat macam nasihat dan petunjuk untuk para khalifah
dimukabumi.untuk menjalankan kehidupan di tempat kita di mukabumi Barangsiapa mengamalkan nasihat dan petunjuk
itu akan memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat kelak. Dan pada ayat ini menggaris bawahi
pentingnya mengarahkan pandangan kepada akhirat sebagai tujuan dan kepada dunia
sebagai sarana dimana khalifah mencapai tujuan hidupnya. Ini terlihat pada ayat
ini bawasannya Allah telah memerintahkan mencari dengan penuh kesungguhan dan
kebahagiaan karna sesungguhnya Allah telah menganugrahkan kepada khalifahnya.
Dengan demikian, semakin seorang khalifah memperoleh atau mengerjakan secara
halal dalam kehidupan duniawi, semakin terbuka kesempatan untuk kebahagiaan
akhirat, selama diperoleh dan digunakan sesuai petunjuk Allah SWT. Itu juga
bahwa ayat ini menggaris bawahi pentingnya seorang khalifah hidup didunia,
penting disini bukan sebagai tujuan tapi sebagai sarana mencapai tujuan. Dan
janganlah menajuhkan diri dari kesenangan di dunia, baik mengenai makan, minum,
pakaian ataukun pakaian. Sebab kamu mempunyai kewajiban terhadap khalifah
mempunyai tugas untuk dirinya dan keluarganya. Agama tidak melarang kita
menghindari segala kelezatan
37
dunia dan hidup atas bantuan orang lain.
Tapi hasrus di garisbaeahi bahwa agama menghendaki supaya khalifah bekerja dan
berupaya untuk memperoleh harta dengan jalan yang halal.Pandangan
pada ayat ini pun kehidupan dunia tidaklah seimbang dengan kehidupan di
akhirat. Semestinya lebih banyak diarahkan kepada akhirat sebagai tujuan, bukan
dunia, karena dunia hanya sebagai sarana yang dapat mengantarkan khalifah ke
akhirat. Dan pada ayat ini pun di perintahkan untuk berbuat baik dan larangan
melakukan perusakan, ini merupakan sebuah peringatan agar tidak mencampur
adukan antara kebaikan dan keburukan.
D. Munasabah Ayat
Dari
ketujuh surat di atas, dapat penulis munasabahkan bahwa seperti yang terdapat
dalam surat Al-baqarah ayat 30 seorang
khalifah (pemimpin) adalah sebagai pengelola atau penguasa untuk memanfaatkan
apa yang telah Allah sediakan di bumi ini, berbagai macam jenis sumber daya
alam yang dapat dikelola untuk dimanfaatkan dan dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Dengan akal yang telah dimiliki oleh setiap manusia, seperti
yang terkandung dalam surat Al-baqarah ayat 31 Allah memberikan ilmu dengan
mengajarkan berbagai nama-ama makhluk maupun benda-benda yang belum diketahui
sejak itu. Dari kata “mengajarkan” inilah yang disebut dengan ilmu yang Allah
berikan kepada manusia agar manusia dapat berpikir dan mengetahui manfaat dari
nama-nama benda atau makhluk tersebut, seperti tanah, darat, laut, gunung,
tumbuh-tumbuhan, hewan dan lain sebagainya. Dari sini manusia dapat megelola
seperti tanah yang di dalamnya terdapat air, gas, dan berbagai bahan tambang
lain yang mempunyai nilai material yang cukup fantastik. Namun dalam proses
pengelolaannya manusia harus senantiasa berpikir untuk memlihara alam dengan
sebaik-baiknya, dan diperguakan dengan sebagaimana mestinyaakan. Alam
diciptakan dalam keadaan suci belum terjamah oleh tangan manusia begitu pula
dengan penciptaan manusia dan makhluk hidup yang lain. Hal ini mempunyai tujuan
bahwa manusia harus mengatahui jika manusia merusak alam, seperti dengan
mengeksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran dan hanya untuk
kepetingan individu saja, berarti manusia itu sendiri lah yang sudah mengotori
kesucian alam. Begitupula kesucian manusia pada saat dilahirkan, manusia diberi
akal untuk berpikir agar dalam kehidupannya manusia senantiasa berpikir positif
untuk bertingkah laku baik sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan hadis, namun
kenyataannya sekarang manusia itu sendirilah yang mengotori kesucian dirinya
sendiri dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah jelas-jelas dilarang
agama. Jika alam sudah kotor karena perbuatan manusia yang telah merusak alam
dan manusianya pun juga sudah kotor karena perbuatan dirinya sendiri yang
berperilaku tidak baik. Jadi kita sebagai manusia yang dapat berpikir dengan
baik janganlah sampai mengotori apa yang sudah di fitrahkan, karena sesuatu
yang suci jika terkena noda atau kotoran pasti akan menjadi tidak suci lagi,
dan yang akan timbul adalah sebuah penyakit yang jika dikaitkan dengan
kekotoran alam ini, bencanalah yang akan terjadi. Seperti yang digambarkan
dalam surat Ar-rum ayat 41 dia mencabut keberkatan dari manusia dan menyiksa
mereka dengan mendatangkan bencana yang memusnahkan hati dan jiwanya, sehingga
mereka kembali kepada kebenaran. Ayat tersebut menyebut darat dan laut sebagai
tempat terjadinya fasad. ini dapat berarti daratan dan lautan menjadi arena
kerusakan, misalnya dengan terjadinya pembunuhan dan perampokan di kedua tempat
itu, dan dapat juga berarti bahwa darat dan laut sendiri telah terjadi
kerusakan, ketidakseimbangan serta kekurangan manfaat. Jika alam sudah tidak
seimbang pasti akan terjadi kegoyahan yang dalam artian goncangan di muka bumi
ini. Namun dengan adanya ancaman siksaan yang akan diberikan oleh Allah
atas dosa-dosa yang telah diperbuat oleh manusia, manusia masih diberi
kesempatan untuk membenahi kehidupannya dengan cara mendekatkan diri kepadanya.
Mendekatkan diri kepadanya dapat dilakukan dengan cara beriman kepadanya,
41
terutama dalam proses pengelolaan
sumber daya alam dari keuntungan material
yang didapatkan sebaiknya sebagian digunakan untuk kebaikan di jalan
Allah, seperti zakat, infaq, atau sedekah, terutama pengelolaan bagi seorang
penguasa (pemimpin) hasil material dari
pegelolaan sumber daya alam tersebut haruslah dipergunakan sebagai mana
mestinya untuk kepentingan bersama, karena harta tersebut hayalah titipan yang
diamanahkan kepada seorang penguasa tersebut, jadi seorang penguasa (pemimpin)
haruslah amanah. Allah memberikan kemudahan bagi setiap manusia untuk memenuhi
berbagai kebutuhan hidupnya, jika manusia tersebut dapat mengelola alam dengan
baik dan wajar, Dialah Allah yang menundukkan bumi untukmu agar kamu dapat
memperoleh kebutuhanmu, seperti menanam, membangun, menggarap dan jalan-jalan
untuk menyampaikan ke negeri yang jauh. Dari hasil olahan-olahan yang dapat
dihasilkan oleh manusia itu, lalu kemudian hasilnya dapat diperdagangkan atau
dijual, dari situ manusia dapat mencari rizki untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Allah memberikan pilihan dalam setiap keputusan yang akan dilalui oleh
setiap manusia, dalam mencari rizki pun terdapat dua cara yang dapat ditempuh,
yakni mendapatkan dengan cara yang halal atau mendapatkan dengan cara yang
haram. Semua pilihan itu diserahkan langsung kepada manusia. Jika kita melihat
surat Al-qashash ayat 77 Pada ayat
ini Allah SWT menerangkan petunjuk untuk para khalifah dimukabumi, untuk
menjalankan kehidupan di muka bumi barang siapa mengamalkan nasihat dan
petunjuk itu akan memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat kelak. Dari
sini kita bisa lihat bahwa seharusnya manusia dapat memilih pilihan yang benar dalam
proses kehidupannya utuk tidak melupakan kehidupan di akhirat kelak, karena akhirat
adalah sebagai tujuan dan kepada dunia sebagai sarana untuk menempuh kehidupan
di akhirat. Ini terlihat pada ayat ini bawasannya Allah telah memerintahkan
mencari dengan penuh kesungguhan dan kebahagiaan. Dalam hal ini, Janganlah kita
sampai melupakan kehidupan yang sesungguhnya.
43
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang
manusia atau pemimpin harus mempunyai ilmu untuk kepentingan dirinya sendiri
maupun kepentingan orang banyak. Apabila seseorang tidak mempunyai ilmu, maka
tidak bergunalah manusia itu, untuk itu kita sebagai manusia yang diberi akal
pikiran oleh Allah, seyogyanya kita dapat belajar, dapat menggali
sebanyak-banyaknya ilmu-ilmu yang telah disediakan oleh Allah. Al-qur’an
sebagai pedoman hidup manusia, kita dituntut untuk berperilaku sesuai dengan
ketentuan syariatnya. Apabila dalam proses perjalanan hidup di dunia kita tidak
mempunyai bekal ilmu, maka jangan harap akan mendapatkan kehidupan yang layak
di akhirat kelak. Begitu pentingnya sebuah ilmu untuk menjadi petunjuk kita di
dunia maupun di akhirat.
Manusia
belum mampu memanfaatkan kekayaan alam dengan baik, kenapa bisa dikatakan
demikian? Karena pemanfaatan yang dilakukan manusia saat ini adalah pemanfaatan
yang sifatkanya serakah. Hasil dari potensi alam tersebut di ambil
sebanyak-banyaknya dan hanya dikuasai oleh kaum-kaum penguasa saja, hasilnya
tidak dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena manusia
tidak mengetahui ilmu untuk memelihara alam dengan baik karena manusia tidak
mau belajar dan tidak mau mendengarkan titah Allah yang ada dalam Al-qur’an. Akibatnya
manusia nantinya akan menerima sanksi dari Allah atas dosa-dosa yang telah
diperbuatnya. Penyebab dari kerusakan alam adalah manusia itu sendiri, manusia
tidak berpikir lagi atas perbuatan yang dilakukannya yang nantinya dapat
menimbulkan kerusakan dari pemanfaatan alam yang sifatya serakah tersebut. Dari
potensi alam yang dikelola oleh kaum penguasa yang hasilnya hanya untuk
kepentingan pribadi tersebut, tidak untuk kepentingan masyarakat luas,
akibatnya banyak sekali masyarakat yang tidak sejahtera, dan kemiskinan dan
kelaparan akan menimpa masyarakat.
45
DAFTAR PUSTAKA
Teungku Muhammad, dkk, Tafsir Al-Qur’anul Majid
An-Nur, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2000.
M. Quraish Shihab, Membumika Al-Qur’an,
Mizan, Bandung, 1993.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, lentera hati, Jakarta,
2002.
47